05 September 2009

Annual Award

Heyyy today is Saturday night right? Then why I open my notebook now? Anyway its good time to write, lets start.

Last Monday August 31, 2009, we have an official break fasting event at one resto in Kuningan (I believe for the new joinees they will have little rumble inside their stomach afer finish this dinner). At the same moment our VP and HR from APAC region were having opportunity to join with us.

This occasion were attended by HCPT and AXIS project teams. As we know there would be Annual Recognition Award going to be awarded to the nominees. I just came to know, we are now compete each other, thats cool I think.

During that time I did not pay much attention to the stage, I was so busy with stuffs on my plate, while having interesting chit chat with my team member. I only noticed that one by one people from both project teams were start came to the stage and recieve the award. Suddenly I heard MC called my name and my colleague to came on stage. What a surprised... she must be joking...

It was beyond my prediction actually... I just assembled my team less than 6 months back and now we recieved 2 different awards, Alhamdulillah, it is an honor for me and also big challange. I dedicate this award to 'The Unit' team who still strugle to make the system more neat and stable.

Keep up the good work team, we still need to deal with many Gremlins ahead :)



04 September 2009

Understanding SPAN

Being an network administrator, especially for those who are working with Cisco appliances, they may familiar with this idiom, SPAN. SPAN stands for Switch Port Analyzer or it can also recognized as port mirroring.

Port mirroring is used on a network switch to send a copy of network packet seen on one switch port (or an entire VLAN) to a network monitoring connection on another switch port. This is commonly used for network appliances that require monitoring of network traffic. It will help network expert to do analysis and investigation on their network if there are some cases come in to picture.

Port mirroring is easy to deploy, requiring no physical modifications to other systems. However, port-mirroring implementations can potentially degrade switch performance, such as increased switch CPU load. 

There are two ways to do SPAN, firstly is the regular SPAN, secondly is RSPAN it stands for Remote Switch Port Analyzer. RSPAN would be very useful if we need to capture some traffic from particular nodes which is connected on another switch. RSPAN is possible as long as there is L2 trunking between source switch to destined switch is available and it must allowing desired VLAN to go through.

With the capability of port mirroring, an administrator will be able to see what are the real traffic runs on his/her network. It can captured per VLAN, per IP and per Protocol depends on filter applied.


We can configures port mirroring by assigning a port from which to copy all packets and another port where those packets will be sent. A packet bound for or heading away from the first port will be forwarded onto the second port as well. We must places a protocol analyzer on the port receiving the mirrored data to monitor each segment separately. The analyzer captures and evaluates the data without affecting the client on the original port.

02 September 2009

What Is Data Center?

Apa itu DC (Data Center), secara harfiah kita paham bahwa artinya adalah pusat data atau bisa kita bilang server farm, dalam keseharian banyak istilah lain yang biasa digunakan untuk mengistilahkan DC, antara lain DCN (Data Communication Network) dan IT Room (Information Technology Room), untuk ringkasnya mari kita sebut DC saja.

Lalu apa sih fungsinya DC? Di dalam sebuah organisasi atau suatu badan usaha, terutama bagi mereka yang menjadikan IT sebagai ‘profit maker’ atau penunjang keberhasilan bisnis, keberadaan DC menjadi sangat vital. Hal ini disebabkan karena seluruh transaksi elektronik yang melibatkan infrastruktur IT terjadi di sini, tidak perduli seberapa besar ukuran DC tersebut, apapun hardware dan aplikasi yang berjalan di dalamnya.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah treatment khusus dalam perencanaan pembangunan sebuah DC begitu juga bagaimana cara memanagenya pada saat DC tersebut sudah memasuki fase go live. Pada bahasan ini kita akan membahas tentang hal-hal mendasar yang harus diperhatikan dan diperlukan pada saat kita ingin membangun sebuah DC baru, hal ini berdasarkan pengalaman saya pribadi selama melakukan perencanaan dan implementasi DC untuk sebuah well-known operator GSM beberapa saat yang lalu.
  • Di mana DC baru tersebut akan dibangun. Pemilihan lokasi perlu dipikirkan dengan matang, jangan sampai kita salah memilih lokasi. Perhatikan aspek-aspek kemungkinan yang dapat terjadi dikemudian hari. Usahakan memilih lokasi yang aman secara fisik (tidak rentan terhadap bencana alam/terorisme), strategis (usahakan agar memilih lokasi yang aksesnya mudah, ini akan memudahkan jika pada suatu saat terdapat emergency situation).
  • Luas dari DC tersebut (idealnya ada tim civil engineering yang membuat denah dengan tingkat akurasi yang tepat) , dengan mengetahui ukuran DC tersebut, akan memudahkan kita untuk merencanakan dimana akan perangkat-perangkat IT/Telco tersebut akan ditempatkan nantinya.

  • Cable tray installation, pastikan jalur pendistribusian tray tersebut efisien dan mampu menjangkau seluruh ruangan. Dianjurkan untuk memisahkan tray power dengan tray data, hal ini untuk menghindari interferensi listrik antara keduanya yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas transfer data pada kabel.
  • Cable installation, apapun jenis (E1, UTP, FC, Power) dan tujuannya pemasangan kabel haruslah dilakukan dengan efisien dan disiplin, pastikan panjang kabel tesebut tidak berlebihan sehingga tidak akan membentuk tumpukan ‘spaghetti’ dikemudian hari, jika ini terjadi dapat dipastikan akan menimbulkan masalah yang serius. Jangan lupa untuk melakukan penamaan pada seluruh kabel-kabel tersebut, kita dapat memasang lable yang formatnya akan memudahkan kita untuk proses pencarian dan identifikasi. Contoh: Kita dapat memasang lable tersebut dengan interval 1m – 2m sepanjang kabel tersebut terpasang dengan memberi informasi source dan destination dari kabel yang bersangkutan. Untuk FC (Fiber Cable) diharuskan membungkusnya dengan plastik spiral, mengingat FC sangat rentan rusak.
  • Power source and availability, tanpa power yang cukup sebuah DC tidak akan bisa beroperasi. Tentu saja di Indonesia sampai saat ini, kita hanya mengenal satu perusahaan penyedia listrik tidak lain dan tidak bukan yaitu PLN. Berapa besar pasokan listrik yang kita butuhkan untuk membuat DC kita beroperasi? Hal ini sangat bergantung dari alat-alat apa saja yang akan kita installasi di dalamnya. Setiap alat pasti akan dilengkapi oleh dokumen teknis dari vendor masing-masing mengenai berapa besar daya listrik yang dibutuh setiap jamnya (watt/hour) untuk membuatnya bekerja secara optimal, jenis Legrand connector yang dibutuhkan (1-phase atau 3-phase), ukuran grounding (akan tergantung dari jenis alat, untuk DC idealnya berkisar antara 0.3 volt – 2 volt). Selain sumber listrik dari PLN, idealnya sebuah DC memiliki backup power plant seperti generator diesel atau yang sejenis. Hal ini sebagai antisipasi apabila terjadi power failure dari PLN tidak akan mengganggu operasional DC kita, coba bayangkan apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki generator? Game Over. Besarnya kapasitas generator juga juga perlu diperhatikan agar mampu menghasilan jumlah power yang sama dengan yang dihasilkan oleh PLN, dan juga endurance dari generator tersebut.

  • Battery equipment, tidak kalah pentingnya dengan generator. Fungsi dari battery ini adalah sebagai immediate power sustainer. Sebagai contoh, pada saat suplai listrik dari PLN mati, generator kita tidak akan langsung bekerja, generator membutuhkan waktu beberapa menit untuk beroprasi, pada saat inilah supply listrik ke DC akan ditopang sementara oleh battery secara otomatis pada saat T=t, sampai dengan generator bekerja

  • Dust sensor, peralatan IT pada umumnya rentan terhadap partikel-partikel yang menimbulkan hazard, jika sampai ada partikel yang berukuran (x) micron sampai tersedot masuk ke dalam peralatan kita, hal tersebut dapat membawa potensi kerusakan yang tinggi. Dust sensor ini biasanya dipasang di bawah raised floor.
  • Fire sensor dan fire extinguisher, untuk mencegah terjadinya kebakaran kita perlu memasang fire sensor pada lokasi yang strategis pada DC kita, usahakan sensor tersebut tersebar merata dan mencakup seluruh area dari DC, pada saat sensor mendeteksi adanya asap, maka secara otomatis fire extinguisher akan menyemprotkan partikel kimia dalam bentuk gas yang tidak mengandung H2O. Pada kondisi ini, AC ruangan akan mati secara otomatis.
  • AC (Air Conditioner), Peralatan IT/Telco memerlukan suhu ruangan yang ideal untuk bekerja secara optimal, biasanya diperlukan suhu antara 17 – 20 derajat selsius. Temperatur yang panas dapat menyebabkan peralatan kita rusak/terbakar, temperatur yang terlalu dingin bisa menyebabkan kelembaban sehingga lama kelamaan dapat menimbulkan corrosive. DC administrator harus memastikan dan menjaga agar suhu DC kita tetap pada suhu idealnya. Perlu diperhatikan juga, semakin banyak peralatan yang kita implementasi di dalam DC, maka semakin banyak daya AC yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruangan, mengingat BTU (British Thermal Unit BTU/Hour yang dihasilkan oleh server juga bertambah).
  • Security is everything, pada umumnya DC adalah sebuah area yang restricted, tidak semua orang dapat memiliki akses untuk masuk ke dalamnya, pastikan hanya orang-orang yang berkepentingan dan sudah mendapat approval saja yang dapat mengakses DC, hal ini untuk mengeliminasi hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh human error di dalam ruangan DC. Oleh karena itu, area DC harus dijaga oleh petugas keamanan sepanjang waktu ditambah penggunaan CCTV untuk memntau keadaan sekitar area DC.
  • Staging room, ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses bongkar muat barang atau installasi alat-alat sebelum alat tersebut kita masukkan ke dalam area DC.
  • Operation room, ruangan ini berfungsi sebagai tempat bekerja bagi para personnel yang sedang melakukan kegiatan installasi, maintenance, troubleshooting dan monitoring. Keberadaan manusia di dalam area DC sedapat mungkin dapat diminimalisir, untuk mengurangi resiko selain mengingat faktor kesehatan bagi para personnel itu sendiri.
Demikianlah beberapa faktor dasar yang perlu kita perhatikan dalam proses perencanaan dan implementasi sebuah DC, semua itu agar dapat dicapai kondisi sebuah DC yang ideal sehingga performa dari seluruh kesatuan system dapat bekerja secara optimal. Lebih baik kita disibukkan pada saat implementasi awal, daripada kita harus melakukan perubahan pada saat DC tersebut sudah beroperasi di kemudian hari, tentu saja effort, cost dan risk yang ditimbulkan akan sangat tinggi. Semoga bermanfaat.